Wilayah Adat Nasib Era Masa Depan Masyarakat Aru

 

Ini Wilayah Adat Kami..
Esok hari (19/10) tim dibagi menjadi 2 kelompok. Saya bersama Mas Arif di Benjina dan kelompok lain ke Wokmar. Kabarnya di Wokmar terdapat pengolahan terasi udang. Pengolahan udang menjadi bahan bSaya terasi ditinjau guna melihat potensi produksi dan peluang pengembangan kedepannya.

Saya berbincang dengan seorang pria setengah baya. Berbaju lusuh dan berparas original Indonesia Timur. Setelah berkenalan, pertanyaan pun bergulir dengan mengalir. Nikalaus namanya, asli dari Benjina. Dia bercerita, bahwa rutinitas yang selalu dijalaninya sebagai nelayan pancing kelas tradisional. Daerah fishing ground nya pun tidak jauh, hanya di sekitar perairan Benjina. Hasil tangkapannya berupa ikan campur, terkadang Ikan Ketambak, Ikan Baronang, dan Ikan Cue. Namun dia selalu “hasil” dalam menjaring ikan. Hasilnya pun tidak begitu rendah, dalam 1 kali trip dia bisa menghasilkan 20 kg atau setara dengan Rp.300.000. Mulai dari pagi dan kembali sore hari. Jika saya bandingkan dengan nelayan tradisional lainnya di Pulau Sumbawa dengan effort yang sama, nelayan di Benjina masih memiliki produktivitas yang tinggi.

Ketika saya bertanya soal adat, Pak Nikalaus menjelaskan bahwa adat di Benjina itu ada. Wilayah darat dan laut merupakan daerah patuanan adat di Benjina. Patuanan merupakan sebutan bagi wilayah darat dan perairan yang dikelola dan dimiliki oleh adat. Apa yang mereka atur didalam tatanan adat? Ini yang membuat saya terkagum. Bagi siapapun yang ingin mengekstraksi sumber daya alam laut harus mendapat ijin dari kepala desa dan tuan-tuan adat.

Sistem pemerintahan desa dan tuan-tuan adat mengatur jumlah kapal dan jenis komoditas yang beroperasi di dalam wilayah patuanan. Mengatur jumlah kapal merupakan mengelola stok sumber daya alam di alam agar berkelanjutan. Mengelola jenis komoditas merupakan bagian dari mengontrol jenis-jenis dan kriteria tertentu yang dilarang dan tidak diperjualbelikan untuk tidak ditangkap. Inilah sebuah kearifan lokal.

Sistem baru yang dikenal oleh para konservasionis dan datangnya dari dunia barat belakangan ini lahir sebagai pencerah dan pembawa solusi. Namun, percayakah kita bahwa masyarakat adat di Kepulauan Aru telah mengenal bahkan menerapkannya “konservasi” jauh sebelum ilmu konservasi itu sendiri lahir. Adat, berasal dari nenek moyang. Terlahir entah sejak kapan. Jadi mana yang harus kami anut saat ini. Kearifan lokal atau konservasi masa kini?

Pak Nikalaus juga bercerita tentang ketergantungannya dengan potensi hutan. Saat datangnya musim angin barat, sekitar mulai bulan November sampai bulan April, kondisi di laut terkadang tidak bersahabat. Gelombang tinggi, hujan, dan angin kencang sangat menyulitkan nelayan saat memasang jaring. Alhasil, laut tidak bisa menjadi penunjang ekonomi kehidupan. Namun, lagi-lagi adat memberikan solusinya. Hutan yang ada di Benjina juga diatur dengan sistem pengontrolan besaran dan ekstraksi yang diperbolehkan. Hutan adat hanya boleh dimasuki oleh anggota dari marga yang berada di patuanannya itu sendiri. Selain itu, semua orang harus mendapatkan ijin untuk dapat masuk dan mengekstraksi hasil hutan, baik kayu maupun bukan kayu.

Pak Nikalaus menegaskan bahwa di hutan biasanya dia berkegiatan memangkur (pangkur) sagu. Untuk menghasilkan 2 kotak sagu dalam 1 hari, biasanya dibantu oleh 1 orang. Satu kotak sagu dihargai Rp.50.000. Terkadang Nikalaus pergi ke hutan sembari berburu babi dan rusa. Di Aru secara keseluruhan, babi dan rusa masih mudah untuk didapatkan, dengan cara diburu.

Mendengar cerita Pak Nikalaus menunjukkan bahwa keterkaitan masyarakat Aru, antara sumber daya yang ada di laut dan di hutan sangatlah erat. Tanpa laut, kegiatan perekonomian mati. Sedangkan tanpa hutan masyarakat kelaparan. Tanpa adat, semuanya akan hilang, tidak ada kehidupan di laut dan hutan.

Thank you for your vote!
Post rating: 2.5 from 5 (according 2 votes)

2 Comments

  • Mans
    Posted Desember 25, 2019 1:32 am 0Likes
    Thank you for your vote!
    Rating 0 from 5

    Tulisan ini mengatakan bahwa Desa Longgar merupakan pemekaran dari Desa Apara! Apakah anda tahu asal mula Desa Apara mengapa bisa berada di sana? Bukti anda apa Desa Longgar merupakan pemekaran desa apa? Sejaka kapan desa apara berdiri di tanah yang di berikan Desa Longgar untuk di tempati desa Apara yang berasal dari Aru Utara???

  • Mans
    Posted Desember 25, 2019 1:36 am 0Likes
    Thank you for your vote!
    Rating 0 from 5

    Apakah anda tahu sejarah Desa Apara bisa berada di tanahnya longgar? Apakah anda tahu sejarah Assal desa apara dari Aru Utara?

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top