JURNALIS MEMANTAU DEFORESTASI IKN

Overview Jurnalis Memantau Deforestasi IKN

Pada tanggal 26 Agustus 2019, Presiden Jokowi secara mengejutkan mengumumkan pemindahaan Wilayah Ibukota Negara (IKN) baru ke Provinsi Kalimantan Timur, yang berlokasi di Kabupaten Penajem Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar). Pemindahan ibukota tersebut dinilai tergesa-gesa, tanpa kajian dan minim partisipasi publik. Pemilihan ibukota baru dinilai hanya sebatas pertimbangan dan tanpa adanya kajian yang komprehensif dan multidisiplin. Faktanya berdasarkan kajian FWI, provinsi Kalimantan Timur merupakan Provinsi di Indonesia yang wilayahnya paling “Sengkarut”. Sampai dengan tahun 2017, 69% daratan di Kalimantan Timur telah dikuasai oleh izin-izin investasi rakus ruang seperti pertambangan, HPH, HTI, dan Perkebunan Kelapa Sawit. Izin terbesar ialah HPH dengan luas mencapai 1,9 juta hektare, disusul  Tambang seluas 1,30 juta hektare, Kebun seluas 1,20 juta hektare, dan HTI seluas 590 ribu hektare. Bahkan, sisanya ada  3,6 juta hektare wilayah yang berizin tersebut terjadi tumpang tindih pemberian izin. 

Dalam proses kebijakan pemindahan ibukota masih terjadi asimetris informasi yang menjadi permasalahan mendasar dalam tata kelola sumber daya alam di Indonesia. Sebagai kebijakan publik, Proses kebijakan mengenai pemindahan ibukota seharusnya dapat diproses dan diakses oleh seluruh masyarakat, melalui check and balance, termasuk memunculkan segala hal yang tidak mencuat ke publik terkait pemindahan ibukota yang meliputi Ancaman Kerusakan Hutan, Ancaman terhadap Biodiversitas, Penguasaan Lahan, Praktik Kearifan Lokal Masyarakat Adat, Kebencanaan, Dampak IKN terhadap Perempuan dan Anak, Peran Pemuda dan Perempuan menyikapi Pemindahan IKN serta Pelibatan Masyarakat adat/lokal dalam perencanaan IKN. 

FWI sebagai lembaga pemantau kehutanan yang mendorong pengelolaan sumberdaya hutan yang adil, berkelanjutan dan mengedepankan proses keterbukaan informasi publik menjawab berbagai tantangan asimetris informasi tersebut dengan mengadakan kegiatan yang melibatkan partisipasi publik.

Environmental Citizen Journalism Program (ECJP) merupakan sebuah wadah yang diinisiasi oleh FWI dan Mongabay Indonesia dalam rangka meningkatkan peran masyarakat (citizen) untuk turut terlibat dalam menyebarluaskan informasi kondisi hutan dan lingkungan. Program ini juga diharapkan dapat memicu lahirnya citizen-citizen jurnalis yang kredibel dalam menyampaikan suatu informasi disertai dengan fakta dan data yang tak terbantahkan. Melanjutkan kesuksesan ECJP#1 yang dilaksanakan pada tahun 2020, Forest Watch Indonesia bersama Mongabay Indonesia kembali mengadakan kegiatan Environmental Citizen Journalist Program sesi #2 (ECJP 2023) dengan tema “Apa yang tidak muncul ke publik dari pemindahan Ibu Kota Negara?“. Rangkaian ECJP 2023 berupa kegiatan seminar workshop dan pemberian beasiswa (fellowship) untuk melakukan peliputan mendalam (indepth) dengan berbagai tema yang terkait dengan kebijakan pemindahan Ibukota Negara (IKN).

Berikut Hasil Tulisan Peserta ECJP 2023:

Nama Topik Liputan Judul Tulisan Link tulisan
Muhibar Sobary Ardan
Ancaman kerusakan hutan, Dampak IKN, biodiversitas
Raungan Macan Dahan di Tol IKN-Balikpapan
Dina Angelina
Ancaman terhadap biodiversitas
Teluk Balikpapan Mulai Jenuh
Salsabilla
Pelibatan masyarakat lokal dan adat dalam perencanaan IKN
Suku Balik Terjajah Lagi
Arif Fadillah
Ancaman terhadap biodiversitas
Hikayat Nasib Pesut di Ujung Maut
Sucipto
Kearifan lokal masyarakat adat (sosial, ekonomi, & budaya), Penguasaan lahan
Ingatan yang Tersisa Soal Lumbung Pangan di Ibu Kota Baru
Bakri
Dampak IKN terhadap perempuan dan anak
Perempuan Korban terdampak pembangunan IKN
Zakarias Demon Daton
Penguasaan lahan
Menelusuri Cerita di Balik Pembebasan Lahan KIPP IKN & Hilangnya Ruang Hidup Warga Lokal
Satwika Satria
Ancaman kerusakan hutan, Dampak IKN, biodiversitas
Kisah Pilu Nelayan Belat Teluk Balikpapan
Riyad Dafhi Rizki
Pelibatan masyarakat lokal dan adat dalam perencanaan IKN, Kearifan lokal
Suku Balik di IKN: Perhatikan, Jangan Tinggalkan!
Muhammad Razil Fauzan
Kearifan lokal masyarakat adat (sosial, ekonomi, & budaya)
Masalah Pelik Suku Paser Balik: Kebun dan Hutan dikuasai, Kini Hanya Bisa Pertahankan Tradisi.
Surya Aditya
Kearifan lokal masyarakat adat (sosial, ekonomi, & budaya)
Ronggeng Paser yang Kian Memudar
Nur Maulidah
Pelibatan masyarakat lokal dan adat dalam perencanaan IKN
Partisipasi Masyarakat Adat dan Lokal Terkait Pembangunan IKN
Yovanda Noni
Kearifan lokal masyarakat adat (sosial, ekonomi, & budaya)
Pengobatan Herbal, Kearifan Lokal Suku Balik
Awaluddin Jalil
Kebencanaan
Ibu Kota Nusantara Sebenarnya tak Bebas Bencana
Theresia Jari
Dampak IKN terhadap perempuan dan anak
Dampak IKN terhadap perempuan dan anak
Thank you for your vote!
Post rating: 4.6 from 5 (according 1 vote)

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top