“nenek moyangku seorang pelaut,
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut,
menempuh badai sudah biasa”
Sepenggal bait lagu tersebut telah akrab ditelinga kita. Hampir seluruh anak Indonesia dapat menyanyikannya dengan lancar. Bunyi dari lirik per lirik mencerminkan bahwa Nenek Moyang kita (Bangsa Indonesia) adalah seorang pelaut yang gagah, pemberani, tak pernah gentar mengarungi ganasnya samudera.
Sejak jaman dahulu hingga sekarang, cerita nenek moyangku seorang pelaut tidak pernah terganti. Nenek moyang kita terkenal sebagai bangsa bahari karena membangun diri dengan berpijak dan berkiblat pada kehidupan pulau dan laut. Kala itu, mereka selalu memanfaatkan pulau-pulau kecil yang ada di Nusantara untuk beristirahat, berteduh dan berlindung dari terpaan badai ketika pengarungan di Samudera. Maka, suatu keharusan bagi kita untuk mempertahankan cerita nenek moyang seorang pelaut dengan melindungi pulau-pulau kecil di Nusantara Indonesia.
Kita boleh bangga bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan terluas di dunia. Kita selalu bangga bahwa Indonesia terdiri lebih dari 17.000 ribu pulau yang tidak dimiliki oleh Negara lain. Hanya saja, lekatnya rasa bangga bukan berarti memiliki rasa cinta dengan pulau-pulau yang ada di Indonesia.
Kita bangga menceritakan bahwa pulau-pulau kecil di Indonesia memiliki sumberdaya alam yang kaya raya. Disitu ada hutan, tanah yang subur, minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang maka silakan di eksploitasi. Kita bangga menceritakan itu semua kepada orang-orang yang rakus akan sumberdaya alam. Dan kita juga bangga membiarkan mereka mengeksploitasi dan mengeruk hingga habis seluruh sumberdaya alam di pulau-pulau kecil.