Selain itu, hutan juga menyediakan tanaman pandan, untuk dianyam menjadi kerajinan tangan berupa tikar yang cantik. Anyaman oleh ibu-ibu di Bobane Indah biasanya dijual ke tetangga, dan sampai ke Weda. Sebagai sumber penghasilan selain pala.
Tidak berhenti di situ, beberapa orang di Bobane Indah biasa memanfaatkan tanaman-tanaman di dalam hutan untuk dijadikan obat. Misalnya Jakaria. Jakaria biasa memanfaatkan berbagai tanaman di dalam hutan untuk dijadikan obat batuk, obat flu, obat radang, dan berbagai penyakit lainnya. Dia mengungkapkan bahwa hutan di Bobane Indah masih menyediakan berbagai tanaman herbal yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Satu hal lagi, hal terpenting yang menjadi poin penting yang harus diperhatikan oleh para investor sawit. Bobane Indah tidak membutuhkan minyak sawit. Masyarakat Bobane Indah selama ini memanfaatkan minyak kelapa untuk memasak. Minyak kelapa ini didapatkan warga dari membeli di warung maupun membuat sendiri dari pohon-pohon kelapa yang dimiliki. Lalu, apakah kelapa sawit harus ditanam di tanah dimana warganya tidak membutuhkan minyak sawit atau segala produk yang datang dari sawit? Mayoritas warga Bobane Indah tidak memakai lipstik, tidak membutuhkan mentega untuk roti-roti mereka, dan tidak menggoreng apa pun dengan minyak sawit. Lalu kenapa sawit harus masuk? Sawit masuk hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota.
Kemenangan Pala
Film yang kami buat, menceritakan mengenai kemenangan masyarakat Desa Bobane Indah dari investor kelapa sawit. Dari film ini, kami harap ada penyebaran semangat untuk melawan bagi siapa pun rakyat di seluruh Indonesia yang sedang mengalami masalah yang sama, yaitu masalah dengan investor sawit. Bahwa dengan bersatu dan menguatkan masing-masing orang dalam satu Desa, maka kemenangan bukan tidak mungkin, akan didapat.
Begitulah kisah masyarakat Desa Bobane Indah. Begitu mengetahui kabar sawit akan masuk ke Desa Bobane Indah, sekaligus dua desa lainnya, yaitu Bobane Jaya dan Banemo, maka masyarakat langsung bergerak. Masyarakat dari tiga desa tersebut membentuk Anpar (Aliansi Patani Barat) untuk melakukan perlawasan melalui aksi baik di desa maupun kabupaten.
Setelah berjuang selama beberapa bulan, akhirnya masyarakat berhasil. Di Bobane Indah, bahkan perusahaan sawit tidak pernah berani datang langsung untuk bertemu warga. Investasi ditarik dan keluar surat keputusan dari kabupaten bahwa Kecamatan Banemo adalah wilayah pala.
Saat ini pun, masyarakat di Desa Bobane Indah masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan terhadap wilayah adatnya. Pengakuan yang akan memastikan, bahwa di masa depan, mereka tidak akan diganggu lagi dengan investasi-invetasi dari perkebunan para kapitalis. Pengakuan yang akan menjaga tanah mereka, tanah adat, tanah kehidupan.
***
Ia tanah, punya begitu banyak untuk diberi, dihidupi, tanpa mengharap balas budi. (Nukila Amal)