Upacara Adat Guguq Tautn
Proses upacara Beliatn(memanggil dewa dan leluhur)
Masyarakat Muara Tae sering juga menyebutnya upacara Beliatn, karena pada saat upacara Guguq Tautn, upacara Beliatn (memangil para dewa dan para leluhur). Setiap malam para pawang dan para dukun melakukan ritual Beliatn ritual ini dimaksudkan untuk memangil para dewa dan para leluhur mereka, para dukun dan pawang akan mengelilingi dan menari sesajen yang dihias seperti rumah kecil. Oleh karena itu Beliatn merupakan bagian penting dari acara Guguq Tautn.
Selain itu setiap malam dimeriahkan juga dengan nyanyian Berijok/Rejok nyanyian khas Dayak Benuaq dan tarian Gantar diman seorang laki – laki menari menggunakan pakaian khas dayak dengan menggunakan aksesoris seperti mandau dan tameng yang terbuat dari kayu.
Peserta olahraga Mengkopeh/Behempas
Siang harinya sebelum acara puncak, dimeriahkan dengan olahraga tradisional Behempas/Mengkopeh yaitu olahraga dimana 2 orang laki – laki yang saling menghempaskan batang rotan yang berukuran 1 meter ke bagian tubuh lawan. Tangan kanan memegang rotan dan tangan kiri memegang tameng yang terbuat dari anyaman bambu.
Kemudian acara puncaknya adalah acara Pekate Karewau/membunuh kerbau dimana sehari sebelum acara puncak, kerbau di buatkan kandang dan di ikat dengan rotan dengan panjang 8 meter kemudian di ikatkan ke Blontang patung yang terbuat dari kayu ulin. Selanjutnya kerbau akan di lepaskan dengan posisi leher terikat rotan dan berlari mengeliingi Blontang kemudian kerbau tersebut akan di kejar dan ditusuk dengan tombak dan badik oleh para peserta sambil berlari. Ritual ini memang harus dilakukan karena melambangkan supaya hewan korban bisa diterima para dewa dan roh leluhur.
Upacara belian ini sudah lama tidak dilakukan mungkin sudah ber puluh – puluh tahun. Aspek kuat dari upacara ini adalah tentang perdamaian dan juga sebagai penyembuhan hutan dan juga luka sosial dan oleh karena itu penyembuhan menjadi damai. Upacara belian tahun ini di tujukan untuk penyembuhan dan penetepan batas wilayah Dayak Benuaq yang bersengketa dengan masyarakat Ponak, dimana dalam hal ini masyarakat Ponak tidak mengakui bahwa mereka telah mengklaim sebagian tanah Masyarakat Dayak Benuaq.
Sebelum diselenggarakannya upacara belian ini, sebenarnya sudah dilakukan berbagai macam musyawarah untuk menyepakati batas Muara Tae dengan masyarakat Ponak. Sayangnya tidak ada jalan keluar dari permasalahan ini. Sehingga masyarakat Muara Tae melakukan upacara belian ini. Pada akhir acara ini, para dua pihak yang bersengketa akan melakukan sumpah, apabila dari salah satu kampung ada yang bersalah maka yang bersalah tersebut akan mati.