Kertas Posisi Dalam Rangka Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029, Khususnya Menyikapi Debat Kandidat Soal Lingkungan

Sikap Organisasi Masyarakat Sipil Terhadap Kebijakan Bioenergi di Indonesia

Jakarta, 21 Januari 2023 – Menjelang debat cawapres keempat yang akan dilaksanakan malam ini, organisasi masyarakat sipil yang diwakili oleh Traction Energy Asia, Trend Asia dan Forest Watch Indonesia (FWI) menyerukan agar para kandidat presiden dan wakil presiden 2024 benar-benar merealisasikan transisi energi yang rendah emisi dan berkeadilan. Hal ini menyikapi kebijakan transisi energi saat ini yang justru mengancam lingkungan (deforestasi dan lainnya) dan masyarakat lewat aspek kesehatan (polusi), agraria (seperti perampasan lahan dan lainnya), dan ekonomi (salah satunya, keterlibatan petani rakyat dalam rantai pasok yang sangat minim).

Pengembangan bioenergi diantaranya dari biofuel dan biomassa yang bersumber dari produk perkebunan, yakni kelapa sawit, dan kehutanan seperti beberapa jenis kayu, akan mendorong meningkatnya kebutuhan lahan dan mengancam keberadaan hutan. Oleh karena itu, perlu ditetapkan batasan penggunaan bioenergi dan percepatan peralihan ke energi bersih.

Pengembangan bioenergi yang justru meningkatkan peluang deforestasi

Berdasarkan pemetaan implementasi transisi energi biomassa dan pengamatan pada lumbung deforestasi baru yang terjadi di Indonesia, Forest Watch Indonesia (FWI) melaporkan sepanjang 2017-2021 telah terjadi deforestasi hutan sebesar 55 ribu hektar dan proyeksi akan terjadi lagi deforestasi pada 4,65 juta hektar hutan. Potensi ini didasari pada pengamatan yang dilakukan pada aktivitas pengembangan bioenergi melalui biomassa pada PLTU saat ini.

“Kami memberikan warning kepada tiga paslon, bahwasannya biomassa yang diimplementasikan dengan co-firing, jika tetap menggunakan tata kelola yang sama pada 52 PLTU saat ini, maka proyeksi hutan alam Indonesia yang menjadi korban akan mencapai 4,65 juta hektar,” ujar Anggi Putra Prayoga, Manager Kampanye, Advokasi, dan Media Forest Watch Indonesia.

Lebih detail, Anggi menyampaikan terdapat 13 perusahaan Hutan Tanaman Energi (HTE) yang saat ini sudah melakukan deforestasi pada 55 ribu hektar hutan di Indonesia karena penerapan kebijakan bioenergi secara masif ini.

Di sisi lain, data terbaru yang disampaikan oleh Manager Program Trend Asia, Amalya Reza Oktaviani, menunjukkan bahwa aktivitas co-firing PLN di 43 PLTU dengan membakar 1 juta ton biomassa selama 2023, justru menghasilkan emisi 1,7 juta ton emisi karbon. Bahkan, praktik co-firing ini juga berpotensi memperpanjang masa operasional PLTU-PLTU tua yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun.

Kebijakan biofuel pun sebagian besar masih mengandalkan bahan baku dari kelapa sawit, dengan risiko perluasan lahan sawit secara besar-besaran. Penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel, khususnya biodiesel, berdampak pada ketersediaan sawit untuk produksi bahan pangan seperti minyak goreng. 

Pada 2022, data GAPKI memproyeksikan  konsumsi sawit untuk pangan mencapai  9,6 juta ton, sementara konsumsi sawit untuk biodiesel hampir menyusul di angka 8,8 juta ton. Kompetisi penggunaan sawit untuk biofuel ini pada akhirnya akan memicu deforestasi, karena perlunya perluasan lahan untuk memenuhi permintaan kedua sektor.

Rekomendasi tindak lanjut kebijakan biofuel dan biomassa

Melalui dokumen kertas posisi ini, kumpulan organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada isu biofuel dan biomassa yang diwakili oleh Traction Energy Asia, Trend Asia, dan Forest Watch Indonesia (FWI) menyampaikan kembali pernyataan sikapnya tentang kebijakan bioenergi. Ketiga organisasi masyarakat sipil ini mendorong para calon presiden dan wakil presiden untuk mempunyai perhatian yang tinggi atas tata kelola bioenergi agar tidak abai terhadap aspek keberlanjutan dan keadilan.

Sebagai catatan, sektor energi telah memberikan kontribusi sebesar 34,49% dalam produksi emisi gas rumah kaca di Indonesia. Sektor energi merupakan salah satu dari lima sektor yang harus mengurangi kontribusi emisinya. Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca melalui percepatan transisi energi bersih rendah karbon menjadi penting, mengingat krisis iklim mengancam eksistensi kehidupan manusia. Sementara itu, saat ini Indonesia memiliki potensi energi bersih rendah karbon sekitar 3.600 gigawatt. Namun, pemanfaatan air, bioenergi, surya, angin, arus laut dan panas bumi baru sekitar 0,3% atau 12,6 gigawatt.

Atas pemaparan visi-misi yang diwakili oleh TPN-nya, para paslon perlu menunjukkan upaya komitmen nol deforestasi transisi energi, yang bukan dalam tataran konsep normatif saja tetapi juga implementasi di lapangan. Utamanya dengan terfokus pada transisi energi yang berkeadilan baik dari sisi sosial, ekonomi dan lingkungan.

Ke depannya, para presiden dan wakil presiden 2024-2029 terpilih perlu mengkaji ulang kebijakan bioenergi, terutama biofuel dan biomassa yang membutuhkan lahan yang luas sehingga perlu dievaluasi.

Kontak narasumber:

Traction Energy ASIA 

:

Tommy Pratama – Direktur Eksekutif

+62 811-1757-244

Trend Asia

:

Amalya Reza Oktaviani – Manager Program Bioenergy

+62 896-5447-1045

Forest Watch Indonesia 

 :

Anggi Putra Prayoga – Manager Kampanye, Advokasi, dan Media

+62 857-2034-6154

 

Selengkapnya silahkan download disini…

TRANSISI ENERGI: DRIVER BARU KERUSAKAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA?
Published: Januari 22, 2024

Thank you for your vote!
Post rating: 0 from 5 (according 0 votes)

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top