Tulisan ini merupakan catatan perjalanan saya ketika menghadiri pertemuan Internasional bersama aktivis lingkungan dari 47 Negara. Saya dan Bob Purba yang berasal dari Forest Watch Indonesia (FWI) merupakan delegasi Indonesia.
Tahun ini adalah penyelenggaraan pertemuan global yang kelima untuk seluruh mitra jaringan The Access Initiative (TAI). TAI merupakan jaringan terbesar di dunia yang konsern dengan isu hak akses masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam.
Kota Bogota di Colombia menjadi lokasi dari pertemuan global kali ini. Acara yang diselenggarakan selama empat hari sejak 29 Oktober hingga 1 November 2014 mengangkat tema “Menggunakan Informasi, Data, dan Teknologi untuk Melindungi Hutan dan Memperkuat Hak Masyarakat Adat”. Pada acara ini, peserta diwajibkan terlibat aktif dalam setiap sesi diskusi yang sudah diagendakan. Ruang diskusi diberikan kepada peserta dengan tujuan membentuk inovasi baru, meningkatkan kapasitas, dan kembali menyadarkan akan pentingnya mendorong tata kelola hutan yang baik.
Memahami Kondisi Rumah Orang Lain
Kita tidak pernah tahu kondisi rumah kita kalau tidak pernah dibandingkan dengan rumah lain. Kita juga tidak akan pernah tahu dengan cara apa kita perbaiki bagian yang rusak dari rumah kita kalau kita tidak pernah berkunjung ke rumah lain.
Rumah yang saya maksud disini adalah hutan Indonesia dengan segala aturan dan kehidupan didalamnya. Mulai dari penjaga rumah yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), aset rumah seperti air, pohon, flora-fauna, dan sebagainya, hingga aturan-aturan yang dibentuk untuk melindungi rumah. Beranjak dari hal tersebut, motivasi terbesar saya menghadiri pertemuan global adalah untuk mencari tahu kondisi hutan Negara lain, dan cara terbaik seperti apa yang bisa saya adopsi untuk memperbaiki kondisi hutan Indonesia.