Seimbangkan Ekosistem Lestarikan Alam Rakyat Sejahtera (SELARAS) adalah program yang diusung untuk mempromosikan praktek-praktek baik yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam pengelolaan hutan dan lahan. SELARAS memilih lokasi-lokasi dimana masyarakat memiliki ketergantungan terhadap keberadaan sumber daya hutan Indonesia. Tata kelola hutan harus bisa menjamin sumber daya hutan memberikan akses dan hak bagi masyarakat/masyarakat adat. Memberikan ruang dan kesempatan yang sama bagi masyarakat/masyarakat adat untuk mendapatkan nilai manfaat dari keberadaan sumber daya hutan.
Dalam lanjutan program SELARAS yang diselenggarakan oleh Forest Watch Indonesia, dan Lembaga lokal Absolute Indonesia, kembali dilakukan di Desa Cipeuteuy dan Mekarjaya selama dua hari, dengan mengusung tema kegiatan pelatihan budidaya lebah di 7 Kelompok Tani Hutan (KTH). Pelaksanaan kegiatan tersebut diselenggarakan pada dua tahap, tahap yang pertama adalah pada tanggal 12-13 September 2023 dan dilanjutkan tahap 2 pada tanggal 24-25 November 20023, melibatkan kelompok – kelompok binaan yang ada di desa Cipeuteuy dan Mekarjaya.
Pelatihan ini mengundang narasumber yaitu I Ketut Gunardi yang kesehariannya melakukan Budidaya Madu di Kampung Teuweul Bogor. Pelatihan pada tahap 1 dilakukan di desa Mekarjaya yang diikuti oleh KTH Mekar Mukti, KTH Segar Alam, KTH Jaya Mekar Gede Hareupan. Sedangkan di Desa Cipeuteuy pelatihan diikuti oleh KTH MEkar Saluyu, KTH Kontac, KTH Panen, KTH Girimukti. Materi pelatihan dimulai dengan menjelaskan mengenai jenis-jenis lebah, apa saja makanan lebah, lingkungan yang cocok untuk budidaya lebah, hal-hal yang mengancam keberlangsungan kehidupan lebah, serta seberapa banyak hasil produksi lebah. Dalam tahap satu juga dilakukan survei lokasi untuk penempatan stup lebah. Pemateri dan para peserta mengunjungi lokasi-lokasi yang cocok untuk budidaya lebah. Lokasi yang sesuai untuk budidaya lebah adalah lokasi dengan lingkungan yang bersih, yaitu lokasi yang tidak ada asap pembakaran, tidak boleh ada semprotan pestisida, makanan yang cukup, bebas dari hewan pengganggu dan lain-lain. lokasi yang sesuai tersebut harus memiliki banyak tanaman bunga sebagai sumber makanan bagi lebah serta memiliki ketinggian kurang dari 800 mdpl. Pemilihan lokasi ini sebenarnya beragam, bisa diarea belakang rumah warga ataupun diarea bukit. Yang terpenting adala banyak makanan seperti sari/nektar pada bunga bagi lebah dan udara yang bersih
Pada tahap 2, dilakukan pelatihan budidaya madu mengenai pemasangan stup lebah. Lebah yang dipilih untuk dibudidayakan yaitu jenis lebah heretotrigona itama, jenis lebah ini cocok dengan lingkungan dan ketinggian di tempat tersebut. Dengan adanya kegiatanpemasangan stup lebah ini, harapannya dapat bermanfaat bagi KTH dan ke depannya dapat meningkatakan ekonomi masyarakat terutama anggota KTH. Dengan adanya kegiatan budidaya madu ini, masyarakat dapat memanfaatkannya menjadi salah satu sumber pendapatan diluar hasil dari pertanian.
Penempatan lokasi stup telah ditentukan oleh KTH di Mekarjaya dan KTH di Cipeuteuy. Waktu yang tepat untuk melakukan pemasangan stup adalah pagi hari sampai siang hari. Penempatan stup bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dilakukan secara searah dengan lubang masuk lebah. Stup yang ditempatkan seperti ini disebut stup dingin (angin masuk ke dalam secara leluasa). Kedua, dilakukan secara bersilang 90o dengan arah lubang masuk lebah. Stup yang ditempatkan seperti ini disebut stup panas atau hangat (angin yang masuk tertahan oleh frame paling depan). Mengingat lebah menyukai hawa panas, tipe stup panas sangat cocok digunakan. Namun, kebanyakan peternak lebah di dalam negeri dan luar negeri menggunakan tipe stup dingin karena bentuk dan ukuran stup memungkinkan lebah membuat iklim mikro tersendiri sesuai dengan yang dikehendaki oleh lebah. Selain itu untuk menempatkan stup terlindung dari angin kencang, terik matahari dan air hujan. Penempatan stup lebah harus jauh dari tempat-tempat berasap dan rumah-rumah tempat tinggal. Penempatan stup tersebut diusahakan berderet rapi, dengan jarak antar peti lebah kira-kira 1-2 meter. Di bawah peti lebah juga harus diberi penyangga dengan ketinggian dari tanah sekitar 50 cm. Tujuannya adalah agar lebah madu bebas dari serangan hama misalnya ular dan sebangsanya
Jenis lebah telah ditentukan setelah pemilihan lokasi yatu lebah jenis heterotrigona itama. Komponen dalam pemasangan stup ini meliputi Stup koloni yang terdiri dari dua bagian yaitu toping/tempat madu dan tempat koloni, Tiang untuk penyangga stup, alas stup, serta bonet atau plastic hitam untuk penutup agar tidak terkena air hujan. Proses pemasangan stup dilakukan dengan memasang tiang penyangga, alas dan stup koloni.
Penempatan atau pemasangan telah selesai dilakukan dengan pemilihan lokasi yang sesuai. Lebah Heterotrigona Itama dapat menghasilkan madu, propolis, dan polen. Berdasarkan informasi dari pelatihan lebah ini bisa berproduksi dalam tiga Bulan dan menghasilkan kurang lebih 3 liter madu. Banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh masyarakat yaitu dapat , dikonsumsi secara pribadai maupun dimanfaatkan secara komersial.
Selain madu, adapula propolis dan pollen yang dihasilkan oleh lebah trigona tidak kalah baik manfaatnya, salah satunya dapat digunakan untuk produk kesehatan dan juga mempunyai nilai jual yang tinggi. Pada hakekatnya budidaya lebah trigona tidaklah susah dan tidak memerlukan lokasi budidaya yang luas, lebah jenis ini juga tidak menyengat sehingga aman bagi masyarakat / masyarakat adat memulai budidaya jenis lebah tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan diselenggarakannya progam SELARAS yakni menghasilkan manfaat bagi masyarakat / masyarakat adat agar dapat menaikan pendapatan serta tidak hanya berkutat dan mengandalkan satu hasil pertanian saja.