Bencana Membadai, Butuh Upaya Eksploratif

Hati makin tak karuan ketika terus mendengar bencana yang kian hari makin menjadi secara beruntun akhir-akhir ini di berbagai pelosok negeri. Seperti banjir bandang dan lahar dingin Gunung Marapi di Sumatra Barat.Banjir menerjang tiga wilayah, yaitu Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang.

Seperti yang dilansir dari (BBC Indonesia, 13/5/2024). 193 rumah di Kabupaten Agam dan 84 rumah di Tanah Datar mengalami kerusakan.Sejumlah infrastruktur, seperti jembatan dan masjid, juga rusak.Lalu lintas dari Kabupaten Tanah Datar menuju Padang dan Solok pun lumpuh total. Diberitakan bahwa, peristiwa bencana yang terjadi tahun ini adalah “bencana terparah” sepanjang 150 tahun terakhir di kabupaten Agam. Tak hanya itu, bencana di sekitar Gunung Marapi tidak terjadi saat ini saja, tetapi beruntun sejak enam bulan terakhir.

Juga dilansir dari (ANTARAGORONTALO, 8/3/24). Peristiwa yang sama terjadi di Jalan Delima, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, adanya banjirdengan ketinggian 30 cm diakibatkan oleh hujan deras yang mengguyur daerah itu hingga air irigasi pertanian meluap ke pemukiman warga.Selain menggenangi pemukiman warga, banjir juga mengakibatkan kolam ikan milik salah satu masyarakat meluap, hingga sekitar 300 ikan nila hanyut terbawa air.

Banjir parah juga terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara, Prov.Gorontalo sejak 6-7 april 2024.Banjir bandang melanda enam desa di Kecamatan Tolinggula.Banjir itu terjadi setelah hujan dalam waktu lama mengguyur daerah itu.Saluran air tidak mampu menampung air hingga meluap dan merendam rumah-rumah warga.Sebuah rumah semi permanen milik warga hanyut terbawa arus air.Rumah itu hancur saat melewati jembatan Otabiu di Desa Tolite Jaya karena menabrak badan jembatan.Banjir merendam enam desa di wilayah Kecamatan Tolinggula, yakni Desa Ilotunggula, Tolinggula Ulu, Tolite Jaya, Tolinggula Tengah, Molangga dan Limbato.

Kesedihan belum memudar dalam benak, dimasuki lagi dengan kesedihan yang sama yang semakin membuat hati tersayat, betapa tidak lagi-lagi bencana menimpa kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo sejak Ahad (26-27/5). Hujan yang mengguyur menenggelamkan puluhan rumah warga yang tersebar di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kayubulan, Hunggaluwa dan Hepuhulawa. Intensitas hujan yang tinggi ini juga hampir merobohkan jembatan di Kelurahan Hepuhulawa. Luapan air yang disertai sampah kayu memenuhi aliran sungai, membuat jembatan yang mengarah ke pasar tradisional Limboto tidak bisa dilewati. Tidak hanya ituparahnya banjir juga menerjang areal pekuburan umum, Saat air surut ditemukan tengkorak dan tulang belulang manusia di sekitar areal pekuburan.

AKUMULASI KRISIS PENYEBAB TERJADINYA BENCANA

Bencana ini terjadi bukan semata-mata karena faktor alam, pun juga sebab akibat ulah dari tangan manusia yang membuat kerusakan, penggundulan hutanmisalnya dan masih banyak kerusakan-kerusakan lainnya yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.Misal di sumatera barat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia(WALHI) menyatakan bahwa bencana di Sumatra Barat ini terjadi berulang dan merupakan bencana ekologis yang terjadi karena salah sistem pengurusan alam.

Dan salah satu hal yang memperparah bencana adalah pembangunan ilegal di Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar. Pun sama seperti yang terjadi pada Gorontalo, catatan Forest Watch Indonesia (FWI), pengundulan hutan yang terjadi di Provinsi Gorontalo pada 2017-2021 mencapai 33.492 hektare (Ha).Alih fungsi lahan seringkali ditujukan untuk kepentingan pertambangan, perkebunan perusahaan, dan ladang kelapa sawit.

seperti yang dilihat dari salah satu kasus Aktivitas pembalakan liar (illegal logging) di hutan wilayah Kabupaten gorontalo utara dan sekitarnya hingga kini masih sangat marak terjadi, hal ini diketahui dari adanya tumpukan kayu yang beroperasi di Desa limbato dan desa papua langi Kecamatan Tolinggula.Dengan adanya temuan tersebut diminta kepada Aparat Penegak Hukum (APH) yang terkait dibidangnya agar menindak tegas para pelaku pembalakan liar yang berada di desa limbato dan desa papua langi.Sebab masalah pmbalakan liar yang terjadidi kabupaten gorontalo utara ini merupakan masalah serius yang harus segera ditindak lanjuti.selasa, (3/4/23).

Disisi lain Kecamatan Tolinggula, Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), mengadakanpembangunan irigasi.infrastruktur tersebut merupakan prioritas masyarakat setempat sebab dinilai dapat mencegah Adanya banjir, alhasil irigasi hanya membawa dampak negatif bagi masyrakat.irigasi yang seharusnya menjadi aliran persawahan malah penyumbang luapan air ke rumah warga. Konstruksi bangunan yang tidak sesuai membuat irigasi mudah tersumbat oleh sampah dan malah menjadi penyebab adanya banjir.Keluhan ini pun sampai ke telinga Anggota DPRD Provinsi Gorontalo.Menurutnya yang menjadikan proyek seperti itu karena perencanaan yang dinilai gagal. (8/5/24)

Padahal jelas salah satu upaya pengurangan resiko bencana adalah melalui program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas dibagian sungai rawan banjir.Tapi ekspetasi tidak selalu sesuai dengan kenyataan, begitu perumpamaan banyak orang.bukan hanya terjadi pada Kabupaten Gorontalo utara, pun hal serupa terjadi di Kecamatan Limboto dan Limboto barat, Kabupaten Gorontalo. Salah satu pemicu rawan banjir sampai pada hari ini disebabkan oleh rusaknya kawasan hulu sungai Tinelo dan Bulota akibat pembukaan lahan pertanian sejak 2021 silam.

Pada akhirnya, apa yang ditanam itulah yang akan dipanen, Peribahasa ini sesuai dengan bencana yang terjadi. Terjadi akumulasi krisis sehingga masyarakat akhirnya memanen bencana.Selama ini, krisis lingkungan sudah menumpuk dan tidak pernah diselesaikan dari akarnya sehingga bencana parah tidak terhindarkan.

DAMPAK DARI KAPITALIS

Bencana yang terus berulang dan memakan banyak korban ini menunjukkan bahwa kita butuh upaya eksploratif agar bisa optimal mencegah bencana dan menyelamatkan masyarakat. Kita harus melihat persoalan bukan hanya pada aspek hilir, yaitu penyelesaian setelah bencana terjadi.Namun, kita perlu merunut ke aspek hulu (penyebab bencana) sehingga kita mendapatkan solusi preventif yang efektif.

Sesungguhnya, seringkali terjadinya bencana bukan hanya karena faktor alam berupa curah hujan yang tinggi, tetapi ini ada kaitannya pada kebijakan pembangunan negara selama ini yang destruktif. Misalnya, ketika negara membiarkan penebangan hutan secara berlebihan, tentu akibatnya adalah bencana banjir. Juga penggunaan kawasan hutan yang rawan bencana untuk aktivitas pertanian dan lain sebagainya tentu membahayakan banyak nyawa.

Sungguh sangat menyayat, selama ini kebijakan pembangunan yang berlangsung nyatanya bersifat eksploitatif sehingga memberikan dampak buruk pada lingkungan. Ekonomi terus digenjot sementara abai pada kelestarian lingkungan, padahal keuntungan ekonomi yang diperoleh tidak sebanding dengan kerugian yang ditanggung akibat kerusakan lingkungan.

Pembangunan yang bersifat eksploitatif ini adalah karateristik dari kapitalis yang menjadikan keuntungannya adalah materi sebagai tujuan utama. Seolah hanya mementingan pendapatan negara, tetapi menutup mata terhadap kerusakan parah yang mereka akibatkan.

Makin parah lagi pada kenyataaan bahwa oknum-oknum aparat menjadi beking perusakan lingkungan demi keuntungan pribadi berupa uang pelicin.Alhasil, kebijakan pembangunan eksploitatif ini menjadikan negeri ini langganan bencana. Bencana ini akan terus terjadi pada masa depan jika tidak kita hentikan dengan mengubah arah pembangunan negara.

STRATEGI PEMBANGUNAN DALAM ISLAM

Pembangunan di dalam sistem Islam ada dua yang harus diperhatikan, tidak lain daripada memperhatikan kebutuhan rakyat dan penjagaan kelestarian alam.tidak ada yang diabaikan.Sebab itulah tugas negara menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat di aspek ekonomi dan sekaligus penjagaan lingkungan sebab kedua ini tidak dapat dipisahkan, sama-sama bagian dari riayah (pengurusan) negara terhadap rakyat.

Strategi atau kebijakan pembangunan dalam Islam pun tidak seperti halnya pada saat ini yang dimana sangat eksploitatif maupun destruktif karena berdasarkan pada panduan Ilahi, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS Al-A’raf: 48).

Dan pada qs.Al-Baqarah ayat 60, Allahpun menyerukan kita untuk menjaga alam, serta tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan.inilah semangat konsep pembangunan berkelanjutan dalam panduan ilahi (al-qur’an). Pembangunan berkelanjutan telah diperintahkan oleh Allah SWT di dalam Al-qur’an, sebagai umatNya, wajib menaati. Percaya hal ini merupakan tugas kita sebagai khalifah di muka bumi yang akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari akhir.

Pun dalam hal ini, sistem islam akan mewujudkan upaya yang eksploratif sehingga mampu mendorong langkah antisipasif. Dengan demikian akan mencegah jatuhnya banyak korban dan memperkecil dampak kerusakan.

Ada beberapa hal yang dikerjakan oleh sistem isam yang pertama, menata pemungutan hasil hutan agar sesuai dengan rasio yang memperhatikan kelestarian lingkungan.Kedua, memaksimalkan pengawasan hutan oleh polisi agar tidak terjadi penebangan berlebihan.Ketiga, menggalakkan penanaman pohon untuk menjaga kelestarian hutan. Keempat, menilik  kondisi sungai sehingga bisa mencegah hal-hal yang menurunkan fungsi sungai. Kelma memberi sanksi tegas kepada pelanggar aturan pelestarian hutan, baik pelaku lapangan, pengusaha, maupun oknum aparat yang menjadi beking.

Seperti itulah kesungguhan sistem islam dalam melakukan upaya eksplorasi sejak aspek hulu sehingga bisa mencegah terjadinya bencana dan meminimalkan jumlah korban. Dan Inilah sistem yang pantas  kita tegakkan. Wallahualam bissawab.

Sumber tulisan ini berasal dari newsnesia.id

Thank you for your vote!
Post rating: 0 from 5 (according 0 votes)

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top