BENCANA DI BALIK TAMBANG: Resiko Banjir dan Dampak Sosial-ekonomi di Teluk Weda, Halmahera Tengah

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Halmahera Tengah sering dilanda banjir. Berdasarkan kompilasi data media dan BPS, sejak 2019 hingga Juli 2024, tercatat sekitar 19 peristiwa banjir di wilayah Teluk Weda, Halmahera Tengah. Terbaru, pada 28 Juli 2024, banjir kembali melanda beberapa desa di Kecamatan Weda Tengah setelah hujan deras selama dua hari. Sungai Kobe meluap, merendam permukiman di desa-desa tersebut. Kondisi terparah terjadi di Desa Luko Lamo dan Lelilef, dengan genangan air hampir mencapai dua meter. Arus deras memutus akses jalan utama Trans Weda – Waleh, membuat aktivitas warga lumpuh total.

Curah hujan tinggi sering kali dijadikan “kambing hitam” atas terjadinya banjir. Namun, banjir merupakan bagian dari bencana hidrometeorologi, yang berkaitan erat dengan kondisi cuaca, seperti suhu, angin, kelembaban, serta siklus hidrologi. Aktivitas manusia juga berperan besar dalam memperparah intensitas dan frekuensi bencana hidrometeorologi. Deforestasi atau berkurangnya tutupan hutan berkontribusi pada peningkatan suhu udara lokal dan konsentrasi uap air di atmosfer. Hilangnya vegetasi juga meningkatkan erosi dan limpasan air, karena lahan semakin kehilangan daya serap, sehingga risiko banjir dan longsor pun semakin besar.

Studi dari Forest Watch Indonesia (FWI) menunjukkan bahwa penurunan tutupan hutan berhubungan langsung dengan peningkatan risiko banjir di Indonesia. Analisis yang menyandingkan data rasio tutupan hutan dengan risiko banjir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan kecenderungan korelasi yang jelas: wilayah dengan tutupan hutan rendah memiliki potensi banjir yang tinggi, sementara wilayah dengan tutupan hutan yang baik memiliki risiko banjir yang lebih rendah. Temuan ini didukung oleh studi Bradshaw (2007), yang menemukan hubungan positif antara deforestasi dan frekuensi banjir global pada periode 1990-2000.

Kawasan Teluk Weda di Halmahera Tengah telah mengalami perubahan signifikan dalam lima tahun terakhir. Pembangunan kawasan industri hilirisasi nikel semakin dipercepat akibat kebijakan larangan ekspor nikel kadar rendah melalui Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2019 dan Perpres No. 55 Tahun 2019. Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), kawasan industri terpadu untuk pengolahan nikel dan produksi komponen baterai kendaraan listrik, kini menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo melalui Perpres No. 109 Tahun 2020. Saat ini, luas kawasan industri IWIP yang telah beroperasi mencapai 4.000 hektare.

Pembangunan kawasan industri ini sejalan dengan meningkatnya permintaan global akan nikel. Saat ini, sebagian besar nikel digunakan untuk industri stainless steel (sekitar 74%) dan 5-8% untuk baterai. Namun, kebutuhan nikel untuk baterai diperkirakan akan terus meningkat seiring bertumbuhnya pasar kendaraan listrik. IEA memproyeksikan bahwa permintaan tahunan nikel kelas 1 pada tahun 2030 bisa mencapai 925 kiloton/tahun dalam skenario stated policies, dan hingga 1.900 kiloton/ tahun dalam skenario sustainable development. Indonesia sendiri memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 72 juta ton atau 52% dari total cadangan global. Pada tahun 2022, produksi bijih nikel Indonesia mencapai 1,6 juta ton, tertinggi di dunia, melampaui Filipina dengan produksi sekitar 330.000 ton2.

Menurut data ESDM hingga 2023, terdapat 13 izin usaha pertambangan (IUP) dengan total konsesi seluas 59.678,04 hektare di Halmahera Tengah3, didominasi oleh nikel, dan sebagian besar sudah beroperasi. Namun, operasi pertambangan nikel dan pengolahannya telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang berdampak buruk pada masyarakat setempat. Dampak yang terjadi meliputi deforestasi, pencemaran sungai dan laut, serta rusaknya ruang hidup warga. Salah satu contohnya adalah pencemaran Sungai Sagea di Desa Sagea dan Kiya, Kecamatan Weda Utara, sejak 2023. Aktivitas pertambangan di hulu sungai diduga menyebabkan perubahan warna air menjadi kuning kecokelatan, dengan sedimen tebal, sehingga masyarakat terpaksa menanggung dampaknya.

Atas dasar kondisi ini, FWI melakukan studi untuk mengidentifikasi dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan dan hilirisasi industri nikel di Halmahera Tengah. Studi ini mencakup analisis terhadap peningkatan potensi banjir yang disebabkan oleh perubahan tutupan lahan, serta proyeksi dampaknya terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan dan langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak negatif dari aktivitas pertambangan dan hilirisasi industri nikel.

METODOLOGI

Studi ini menggunakan pendekatan pemodelan spasial-temporal, yang menggabungkan data spasial dan temporal untuk menganalisis potensi bahaya banjir terkait pembukaan lahan akibat aktivitas pertambangan. Ruang lingkup studi mencakup lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di Teluk Weda: Ake Kobe, Ake Sagea, Lelief, Ake Gemaf, dan Ake Waleh, dengan total luas 129.970,54 hektar. Sebagian besar dari DAS ini telah mendapat izin usaha pertambangan (IUP) yang kini aktif beroperasi (Gambar 1).

Analisis Potensi Bahaya Banjir

Analisis potensi banjir dilakukan menggunakan metode Flood Hazard Index (FHI). FHI adalah model multi-parameter berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang digunakan untuk mengidentifikasi wilayah dengan risiko banjir dalam skala regional (Kazakiz et al., 2015). Data yang dianalisis mencakup tahun 2016, 2019, dan 2024. Tahun 2016 mewakili kondisi sebelum aktivitas pertambangan masif, 2019 ketika pembangunan kawasan industri IWIP sedang berlangsung, dan 2024 ketika aktivitas industri dan pertambangan sudah berjalan dengan intensitas tinggi.

Nilai FHI dihitung berdasarkan bobot setiap faktor penyebab banjir, yaitu curah hujan, tutupan lahan, akumulasi aliran, kemiringan lahan, topografi, buffer sungai, dan geologi. Lima dari tujuh parameter ini bersifat tetap, sementara dua lainnya, yakni tutupan lahan dan anomali curah hujan, bersifat dinamis.

Gambar 1 Peta Peta Sebaran Izin Usaha Pertambangan di 5 DAS di sekitar Teluk Weda, Halmahera Tengah

Anomali curah hujan dianalisis menggunakan Fournier Index (MFI), yang menunjukkan variabilitas dan agresivitas hujan serta dampaknya terhadap erosi tanah (Munka et al., 2007). Nilai MFI yang lebih tinggi menunjukkan tingkat agresivitas hujan yang lebih besar. Data yang digunakan dalam analisis MFI adalah CHIRPS V.2 (Climate Hazards InfraRed Precipitation with Station data Version 2.0) untuk tahun 2016, 2019, dan 2024 (hingga bulan Juli).

Analisis tutupan lahan dilakukan dengan algoritma machine learning yang disebut random forest, menggunakan kombinasi citra satelit Sentinel 2-A dan Planet Basemaps dengan resolusi akhir 5 meter. Data tutupan lahan dianalisis untuk periode 2016, 2019, dan 2024, dan proses ini dilakukan menggunakan platform cloud-computing (Aulia et al., 2022).

Analisis Proyeksi Dampak Banjir terhadap Sosial-Ekonomi Masyarakat

Hasil analisis potensi bahaya banjir digunakan untuk memproyeksikan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh banjir. Proyeksi ini mencakup dampak sosial, ekonomi, dan infrastruktur. Dampak sosial dianalisis berdasarkan jumlah penduduk dan rumah tangga yang tinggal di area berisiko tinggi. Dampak ekonomi dihitung menggunakan data tutupan lahan pertanian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022. Sementara itu, dampak pada infrastruktur dianalisis dengan memetakan data ruas jalan dari peta RBI Badan Informasi Geospasial yang ditumpang susun dengan area berisiko banjir.

Estimasi kerugian ekonomi dilakukan dengan metode ECLAC (DaLA), yang umumnya digunakan di Amerika Latin dan Karibia, tetapi juga dapat diterapkan pada bencana banjir di Asia (Jayantara, 2020). Perhitungan ini dilakukan dengan mengalikan jumlah atau luas area terdampak dengan nilai unit pengganti, kemudian dikalikan dengan faktor kerusakan yang diasumsikan bernilai 1 dalam studi ini.

Tabel 1. Nilai unit pengganti (UCBFM, 2010)
Tabel 1. Nilai unit pengganti (UCBFM, 2010)
Penulis:
Aziz Fardhani Jaya
Eryana Nurwenda Az-Zahra
Rosima Wati Dewi

Analis Data & Penyaji Peta:
Ogy Dwi Aulia
Eryana Nurwenda Az-Zahra
Rosima Wati Dewi
Andi Juanda

Tata letak & Layout:
S Utamidata
Selengkapnya dapat dibaca dan diunduh pada tautan dibawah ini:
BENCANA DI BALIK TAMBANG: Resiko Banjir dan Dampak Sosial-ekonomi di Teluk Weda, Halmahera Tengah
Published: Oktober 25, 2024
Thank you for your vote!
Post rating: 0 from 5 (according 0 votes)

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top