73 Esai – Esai Reflektif Dalam Kuasa Pengetahutan, Politik Psda, Dan Problematika Kebijakan ” Prof. Hariadi Kartodihardjo
S’lamatlah ra’jatnja,
S’lamatlah poetranja,
Pulaunja. Lautnja, semuanja,
Madjulah Negerinja,
Madjulah pandunja,
Oentoek Indonesia Raja.
(Lagu Indonesia Raya, Stanza III)
Pada mulanya dari rasa sayang, melihat pikiran bernas yang berserak. Berikutnya, pertemuan niat dan tujuan; Penulis dan Tim Editor. Penting buku kompilasi dan publikasi luas. Bagaimanapun, naskah tekstual tetaplah penting di tengah gelombang besar serba digital dan online. Lalu, niat semakin tegak. “Ini bukan cuma sekedar kumpulan gagasan, tapi juga tugas sejarah”. Sebab, pada akhirnya yang tertinggal adalah teks. Demikian disepakati bersama.
Rencana dan tahapan kerja segera disusun. Momentumnya Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 73 tahun. Maka, penggalian substansi data dikumpulkan. Ternyata bahan baku substansi tulisan melebihi total kebutuhan. Mesti dibatasi, tetap bertahan di angka 73, seturut semangat kemerdekaan itu. Berikutnya, rupa-rupa editorial dilakukan. Menyusun kategori dan klasifikasi tulisan, mematut-matutkan topik setiap babnya, mencari benang merah di rentang gagasan dalam tulisan (menjadi penyumbang utama judul buku), hingga proses teknis menyulam ilustrasi, menata layout dan editing akhir.
Terus terang, tak banyak kerja keras Tim Editor mengelola ragam naskah yang semua telah masuk jenis “barang jadi” dari esai-esai reflektif Prof. Hariadi Kartodihardjo ini. Hanya butuh sedikit ketajaman menangkap pesan utama, teknik tipologisasi dan klasifikasi topik, polesan editing redaksional dan memperindahnya dalam seni layout dan ilustrasi. Selebihnya tulisan-tulisan Beliau sebenarnya, bisa bicara sendiri dengan mandiri. Tanpa kompilasi buku ini, sekalipun.
Mengapa tetap penting buku kompilasi ini? Setidaknya didasarkan atas tiga hal: Pertama, esai-esai reflektif itu tersebar di banyak ruang-ruang yang terpisah. Mulai dari catatan di FaceBook (FB), majalah, koran, hingga groups WhatsApp. Setidaknya buku kompilasi ini hendak membantu memudahkan para pembaca agar bisa menikmati esai-esai berserak di banyak tempat dalam satu genggaman. Kedua, ada benang merah yang kuat dari esai-esai berserak itu, yang secara konsisten diulang, kembangkan dan tegaskan dalam pilihan nada reflektif.
Membacanya secara terpisah, boleh jadi tetap terpanggil pelbagai rupa refleksi dan catatan pribadi masing-masing. Namun, membacanya berulang dalam satu naskah kompilasi, diharap panggilan refleksi itu bisa makin beresonansi, mengendap dan tajam. Ujung harapan itu adalah menghasilkan laku-pikir perubahan, sesederhana apapun. Sebab, sesat pikir adalah awal/akar sesat tindak. Tak hanya di tingkat pribadi, lokal, daerah, tapi juga terkait masalah kebangsaan lainnya, khususnya pelbagai rupa krisis sosial-ekologis yang makin kronis dan terus berulang. Benang merah inilah yang kemudian mengilhami judul utama buku ini.
Ketiga, ada dua buku yang telah mendahului rentang gagasan Prof. Hariadi Kartodihardjo dalam isu sejenis, yang sebenarnya terpaut erat dengan hadirnya buku kompilasi ini. Satu buku pendahuluan berjudul “Analisa Kebijakan; Pengelolaan Sumberdaya Alam, Diskursus – Politik – Aktor dan Jaringan”, (Sajogyo Institute, AURIGA, RMI, dll, 2016) kemudian dilanjutkan dengan buku “Dibalik Krisis Ekosistem; Pemikiran Tentang Kehutanan dan Lingkungan Hidup” (LP3ES, 2017). Buku pertama, mendedahkan dasar teori dan konsep-konsep utama dalam keilmuan analisa kebijakan yang terkait dengan isu-isu SDA.
Dihadirkan untuk segmen akademisi dan intekektual lainnya. Buku kedua, kuat menyampaikan pesan seputar praktik-praktik kebijakan terkait SDA dan masalah utamanya. Merentang dari gugatan paradigmatik, jurang dalam gap kebijakan dan praktik empiriknya, salah menentukan masalah, kekuatan operasi beyond state, praktik state chapter, pengabaian dimensi sosial, hingga tantangan pengembangan trans-disipliner, dst. Buku ini seolah hendak membidik segmen kelompok para pengambil kebijakan, praktisi dan para aktivis khususnya yang bergerak dalam lingkaran isu krisis sumberdaya alam.
Nah, buku kompilasi esai-esai reflektif ini, hendak melengkapi dan melanjutkan gagasan-gagasan utama dari dua buku sebelumnya. Dibalut dengan bahasa yang lebih renyah, padat dan reflektif. Meski harus diakui, dalam beberapa tulisan tak bisa terhindar dari gaya dan pilihan bahasa bernuansa “akademis” ala Prof. Hariadi Kartodihardjo, seturut dengan selera diksi yang selama ini dipilih dalam tulisan-tulisannya. Lepas dari itu, dengan penyajian gagasan dalam bentuk esai dan beraroma refleksi, buku ini hendak menyapa ragam kalangan dan kelompok masyarakat yang lebih luas tanpa dibatasi katergori sosial tertentu.
Di sisi lain, spirit refleksi dihadirkan, sebab “waktu jenak” mengendapkan laku dan pikir harian — di pusaran serba efektif, efisien, mekanistik, atomistik dan dampak turunan market kultur yang serba ekonomistik lainnya– nampak jadi barang mewah dan makin mahal. Begitulah kira-kira harapan dari Tim Editor dari hadirnya buku ini.
Akhirnya, buku ini adalah hasil kerja tim bersama. Terutama teman-teman di Forest Watch Indonesia (FWI) yang sejak awal peka dan ngotot agar buku ini segera hadir. Selain “umpan matang” yang tinggal goal saja, dari Prof. Hariadi sendiri. Untuk itu, kami dari Tim Editor mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya terutama kepada Prof. Hariadi Kartodihardjo, yang berkenan dan mengijinkan tulisannya dikompilasikan dalam buku ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman di FWI, terutama Bang Bob Purba, Mas Sulton, Teh Linda, Amel, Pardi, dkk lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Tim Editor dan teman-teman FWI meyakini pentingnya menyebar gagasan cerdas sebagai pintu masuk bagi penyadaran publik dan sebagai media penyambungan gagasan antar generasi. Semoga semua usaha ini dapat menjadi teladan baik bagi generasi selanjutnya. Sebab setiap generasi punya tugas sejarahnya sendiri-sendiri. Mari kita mulai, di ranah perjuangan kita masing-masing…!!
Selamat menikmati sajian buku ini.
Bogor, Agustus 2018
TIM EDITOR