Taman nasional di Indonesia menjadi kawasan konservasi yang penting untuk dijaga untuk kelestarian flora dan fauna, serta fungsi ekologis di dalamnya. Salah satu Kawasan Taman Nasional yang menjadi habitat satwa endemik Indonesia adalah Taman Nasional Sebangau. Lalu dimana Taman Nasional Sebangau berada? Dan apa saja satwa endemik di dalamnya? Yuk, kita bahas!
Kilas Balik Sejarah Taman Nasional Sebangau
Taman Nasional Sebangau berada terletak di 3 wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau. Dikutip dari Balai Taman Nasional Sebangau, kawasan konservasi ini pertama kali ditetapkan sebagai kawasan taman nasional pada tahun 2004 dan memiliki luas kurang lebih 568.700 Ha.
Kawasan Sebangau pada awalnya merupakan kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang aktif dari awal 1970-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Dikutip dari Forest Watch Indonesia, kawasan yang dikelola dengan adanya Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA), dimana suatu kawasan hutan alam dikelola untuk kegiatan tebang pilih selama periode tertentu, umumnya selama 20 tahun.
Kegiatan penebangan secara illegal di dalam Kawasan Sebangau meningkat saat setelah perusahaan-perusaahn HPH berhenti beroperasi. Kondisi ekosistem di dalamnya sempat terancam akibat praktik kegiatan penebangan illegal yang merusak, yaitu dengan cara menggali parit atau kanal di Hutan Rawa Gambut Sebangau.
Hal tersebut ternyata dapat mengakibatkan hutan rawa gambut mengalami kekeringan, karena kehilangan air. Dampak paling parah yang dapat terjadi adalah, kebakaran hutan yang diakibatkan kekeringan pada saat musim kemarau, sehingga rentan terbakar. Tahun 1992, 1994, 1997 dan 2002 menjadi tahun kelam dimana terjadi beberapa insiden kebakaran besar di Kawasan Sebangau.
Faktor tersebut yang menjadikan sebuah inisiasi untuk melindungi Kawasan Sebangau dari kerusakan. Atas dukungan dari Organisasi World Wide Fund Sunderland Biorigion, terdapat dua sungai yaitu Sungai Sebangau dan Sungai Katingan dijadikan sebagai kawasan perlindungan, dan pada kahirnya ditunjuk menjadi Taman Nasional Sebangau.
Ikan Endemik Rawa Gambut Sebangau
Rawa gambut di Taman Nasional Sebangau ternyata menyimpan keanekaragaman hayati yang unik di dalamnya. Dikutip dari Kementerian Kehutanan, terdapat cukup banyak jenis ikan air tawar yang hidup di rawa gambut di Kawasan Taman Nasional Sebangau di antaranya yaitu jenis Brevibora exilis, Betta hendra, dan Betta foerschi.
Brevibora exilis
Jenis ikan ini termasuk dalam family Danionidae, yang sebelumnya dikelompokan dalam family Cyprinidae. Ikan tersebut dikenal dengan nama ikan seluang oleh masyarakat setempat. Status konservasi dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan bahwa Brevibora exilis termasuk dalam status hampir terancam (Near Threatened), atau berada dalam kondisi penurunan populasi di alam liar.
Jurnal penelitian berjudul Brevibora exilis, A new rasborin fish from Borneo yang ditulis oleh Liao, T,Y dan Tan, H.H. tahun 2014, menyebutkan bahwa ikan air tawar satu ini ditemukan di cekungan Sungai Kahayan dan Sungai Sebangau. Ciri fisik yang unik dari ikan Brevibora exilis yaitu memiliki bercak hitam pada sirip atas. Ukuran tubuhnya relatif panjang dan ramping, dengan panjang sekitar 25 mm.
Betta hendra
Ikan tawar satu ini merupakan jenis ikan cupang yang termasuk dalam family Osphronemidae. Termasuk dalam status konservasi kritis (Critically-Endangered) dalam IUCN yang artinya, jenis ini mendekati kepunahan di alam. Ikan cupang Betta hendra menjadi satu dari dari delapan jenis ikan cupang yang dapat ditemukan di Taman Nasional Sebangau.
Catatan jenis tersebut dirilis oleh Dr. Sara A. Thornton dalam Mires and Peat, tahun 2017, pada tulisan Peatland Fish of Sebangau, Borneo. Jenis cupang lain yang tercapat pada tulisan tersebut adalah Betta anabatoides, Betta foerschi, Luciocephalus pulcher, Luciocephalus aura, Belontia hasselti, Sphaerichtys osphromenoides, Sphaerichtys acrostoma dan Trichopodus pectoralis.
Ciri fisik dari ikan petarung ini yaitu memiliki ukuran antara 30-25 mm, dengan bagian sisi tubuh dan sirip yang berwarna kehijauhan cerah. Betta hendra dapat ditmeukan di rawa-rawa gambut dan juga saluran Sungai Sebangau di bagia selatan dan barat Palangka Raya.
Betta foerschi
Ikan cupang berstatus terancam punah dalam daftar merah IUCN ini memiliki ciri fisik berupa panjang tubuh 35-40 mm dengan warna emas kebiruan. Terdapat dua varian Betta foerschii yang pernah ditemukan. Pada penemuan pertama, individu jenis ini ditemukan dengan warna biru polos.
Namun ditemukan kembali individu lain dengan jenis yang sama, memiliki garis motif hitam melintang di tubuhnya. Betta foerschi dapat ditemukan di anak-anak sungai yang tenang, juga rawa-rawa dangkal dengan arus air yang kecil.
Tiga jenis ikan air tawar ini sama-sama memiliki status konservasi yang perlu mendapat perhatian untuk kelestariannya di alam. Sehingga upaya konservasi baik menjaga keberadaan dan kualitas habitatnya di Kawasan Taman Nasional Sebangau serta tidak melakukan penangkapan dari alam liar perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian ikan tawar endemik Taman Nasional Sebangau di alam liar.
sumber tulisan ini berasal dari goodnewsfromindonesia.id