Bentang kawasan karst yang berada di Desa Sagea, Halmahera Tengah , Maluku Utara sesungguhnya memiliki potensi yang besar. Di satu sisi, potensi tersebut berperan penting bagi kehidupan dan pengembangan ilmu pengetahuan namun, di sisi lain, pemanfaatan berbasis industri ekstraktif dan masifnya pariwisata massal juga menjadi hal penting untuk diperhatikan.
Cahyo Rahmadi, peneliti madya pusat riset Biosistematika dan Evolusi BRIN mengungkap bentang kawasan karst Sagea memiliki potensi sebagai lokasi riset yang potensial. Ia telah datang langsung ke salah satu gua di sana dan melakukan inventarisasi biota fauna, September 2024. Ia menyampaikan salah satu gua di kawasan karst Sagea, Gua Batu Lubang, merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal tersebut berdasarkan acuan awal ketika tim penelusur gua dari Perancis di medio tahun 1980-an telah datang menjelajah dan meneliti lorong gelap di sana.
“Dari laporan tim Perancis tercatat ada kurang lebih 80 spesies yang ada di Batu Lubang, nah itu kan dapat menjadi titik tolak yang dapat menjelaskan bahwa ada banyak potensi riset terkait keanekaragaman hayati di sana,” kata Cahyo.
Selain Cahyo, Benny Siregar, Koordinator Kepulauan Maluku, Burung Indonesia, juga mengungkap potensi besar keanekaragaman hayati di permukaan. Melalui studi kolaborasi, Ia menemukan keberagaman avifauna (berbagai jenis burung dalam satu kawasan) di kawasan hutan bentang karst Sagea.
“Beberapa jenis endemis Maluku Utara seperti Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii), Cendrawasih Gagak (Lycocorax pyrhopterus), Kakaktua Putih (Cacatua alba), Paok Halmahera (Pitta maxima), dan berbagai jenis burung lainnya dapat ditemui di hutan bukit karst Sagea,” ungkap Benny.
Benny juga menyampaikan, dalam suatu perjumpaan, Ia dan tim menjumpai sekelompok besar Bidadari Halmahera sebanyak 14 individu. Sesungguhnya, hal tersebut telah memberikan contoh nyata akan tingginya tingkat keanekaragaman hayati di sana.
Namun, masih dibutuhkan studi atau riset lanjutan untuk semakin menggali data dan informasi terkait peran penting karst Sagea. “Kegiatan pengamatan ini masih menjadi tahap awal dan butuh pengamatan lanjutan untuk melengkapi data jenis keragaman avifauna lainnya,” katanya. “Masih tersimpan misteri yang belum terkuak seperti keragaman jenis reptil, serangga, fauna, dan biota lain yang saat ini masih sangat sedikit diketahui.”
Peran penting karst
Kawasan karst memiliki peran penting dalam pengurangan emisi karbon. Merujuk jurnal ilmiah yang dibuat oleh D. Danardono, Eko Haryono, dan M. Widyastuti, memperlihatkan peran penting karst. Jurnal yang berjudul Potensi Serapan Karbon Inorganik pada Kawasan Karst Tropis, Karst Biduk – Biduk, Kalimantan Timur menunjukkan potensi karst tersebut yang dapat mengurangi emisi di Kalimantan Timur sebesar 7,3 persen.
Eko Teguh Paripurno, akademisi UPN Veteran Yogyakarta juga mengungkap bahwa karst menjadi kawasan alami yang dapat menyediakan air bersih. Masih menurut Eko, karst juga memberi manfaat yang memberikan jasa ekosistem (ecosytem service) bagi kehidupan. Sebagai pengatur kualitas iklim udara, penyuplai air, mitigasi banjir, hingga jasa kebudayaan bagi perkembangan manusia.
Cahyo Rahmadi juga memberikan pandangannya terkait peran penting jika kelestarian Karst Sagea terjaga. “Sagea itu bukan hanya kawasan karst tapi juga memberi fungsi yang lebih jauh dari itu karena menjadi tulang punggung bagi masyarakat yang hidup di sana,” tuturnya.
Potensi yang Patut Dikelola sebelum Terlambat
Kini, ancaman Bentang Karst Sagea bukan hanya ditimpa oleh izin usaha pertambangan (IUP), pengelolaan wisata penelusuran gua yang belum dikelola dengan baik juga menjadi ancaman. Konsep pengelolaan karst yang mengedepankan kelestarian dan keberlanjutan patut menjadi perhatian sebelum kerusakan terjadi. Prinsip hati – hati dalam pengelolaan kawasan hutan dan karst seharusnya menjadi rujukan berbagai pihak. Tentu saja berdasarkan data ilmiah dan telaah di lapangan yang dilakukan secara berkelanjutan.
Berdasarkan data, pengelolaan hutan dan Karst Sagea dapat dilakukan dengan memikirkan konsep pembangunan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. “Yang paling krusial itu pendataan ya, menggali potensi fisik dan non fisik dari keanekaragaman hayati, potensi gua, mata air, dan lain sebagainya,” ucap Cahyo. “Dengan hal tersebut kita punya basis sebagai arah apakah itu untuk perlindungan ataupun pemanfaatan lainnya mau seperti apa.”
Peran penting kolaborasi dari berbagai pihak juga merupakan hal penting untuk menggali potensi yang ada. “Ini PR besar yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, membutuhkan kolaborasi banyak pihak, dan dengan data yang tersedia itu bisa digunakan oleh pemangku kepentingan agar pengelolaan karst Sagea dilakukan dengan prinsip hati – hati dan penuh pertimbangan,” ujarnya. “Karena jika sekali rusak (kawasan bentang karst) akan sulit untuk mengembalikannya ke dalam kondisi semula.”
Melihat potensi besar yang ada, perhatian dan perencanaan pemanfaatan pengelolaan kawasan hutan dan karst Sagea merupakan keniscayaan yang perlu dilakukan. Butuh data, kolaborasi, dan kemauan semua pihak untuk mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan. Agar anugerah seperti hutan, keanekaragaman hayati, daerah aliran sungai, dan lubang bawah tanah di sana juga dapat dinikmati oleh generasi nanti.
Sumber tulisan ini berasal dari RRI.co.id