“JANGAN USIK HUTANKU !,” dari hati sang pemburu

P1100357Kami berjalan membuntuti Bapak Oce, sepanjang perjalanan masih banyak kita temui tegakan pohon berdiameter satu sampai dua meter. Pohon- pohon besar di dominasi pohon merbau dan pohon katonding, ada juga kami jumpai beberapa rumpun pohon meranti merah. Kami tidak perlu membawa bekal air minum selama perjalanan, karena banyak kita jumpai sungai jernih disepanjang perjalanan. Sungguh indah bila disaksikan mata terlanjang melihat pantulan vegetasi dari permukaan air. Liana sebesar paha orang dewasa menjuntai seperti rantai pancang pohon raksasa.

Burung Kakatua Jambul Kuning berterbangan dari satu pohon ke pohon lainnya, sembari berteriak menyambut kedatangan kami. Sungguh menyegarkan pandangan kami. Adapula beberapa burung dengan corak menarik, bertengger sembunyi – sembunyi di balik dedaunan. Kami juga mencicipi buah unik yang mereka sebut Jambu Hutan, buah berwarna ungu yang menempel pada batang utama, dengan rasa masam menyegarkan. Buah yang merupakan makanan kesukaan Kasuari.

Banyak yang diceritakan Pak Oce tentang peninggalan leluhurnya. Salah satunya kita temui yaitu pohon katonding besar yang menjadi tempat ritual sebelum pesta berburu. Selain itu ada juga tiga buah batu tersusun sebagai dudukan perapian yang tidak pernah berubah posisinya sejak beberapa generasi lalu.
Sekitar tiga jam kami berjalan akhirnya kami tiba di kawasan bekas area perusahaan. Kami melihat dengan perasaan gamang ketika itu, bongkol pohon merbau bekas tebangan berdiameter besar bisa kita lihat dari kanan ke kiri dan depan ke belakang. Areal yang dulunya hutan lebat kini sudah dapat digilas roda besar sekalipun. “Ini dulunya hutan bagus mas, sekarang hutan ini sudah rusak bahkan sampai anak cucu kita .” tutur Pak Oce.

Thank you for your vote!
Post rating: 0 from 5 (according 0 votes)

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top