“JANGAN USIK HUTANKU !,” dari hati sang pemburu

panasonic171Kala itu hari mendekati gelap, suara jangkrik dan serangga lainnya seolah menjadi alarm pergantian waktu dari siang ke malam. Masih banyak lagi yang ingin bapak Oce sampaikan, namun pembicaraan kita harus terpotong karena Pak Oce telah mengangkat busur serta anak panahnya dan akan segera meluncur kedalam belantara hutan Rebi, untuk memulai perburuannya.

Hanya dengan bermodalkan senter genggam yang Ia modifikasi sendiri, dengan ditambahkan karet ban bagian dalam yang berfungsi sebagai tali perekat senter dengan kepala, hingga menyerupai headlamp, baginya sudah cukup untuk menghipnotis hewan pada malam itu. Kami tidak diajaknya berburu, karena menurutnya sebaiknya kami beristirahat untuk memulihkan stamina agar kami siap mengeksplorasi hutan yang selalu Ia banggakan dikeesokan harinya. Kami pun beristirahat sembari menunggu kedatangan Bapak Oce kembali dari perburuannya dipagi hari.

Dipagi hari kami dapat merasakan suara sahut menyahut dari penghuni yang berbahagia menyambut hari baru. Kakatua Raja, Kakatua Jambul Kuning, Kakatua Hijau, Cendrawasih, Maleo dan burung- burung lain menari bergembira diatas pohon raksasa yang berada di sekeliling kami. kamipun menikmati suara- suara eksotis tersebut dari balik dusun sagu tempat kami menginap, ditambah asik dengan meneguk kopi ditemani nikmatnya sebatang rokok, kamipun meluncur ke semak- semak untuk membuang sampah dari dalam perut. Dusun sagu adalah bivak yg dibuat warga desa untuk menginap disaat mereka memanen belondongan pohon sagu.

Ketika kami asik menikmati suara alam, tiba – tiba seseorang muncul dari balik tirai belantara. iya benar, itulah Pak Oce, dengan memikul busur panah yang disudutnya menggantung satu ekor kangguru jantan. Malam itu Pak Oce mendapat empat ekor kangguru jantan, namun tiga diantaranya ditinggalkan yang kemudian akan kami jemput untuk dibawa pulang. Malam itu Pak Oce terpaksa menginap di celah batu ketika perjalanan pulang, karena lampu senter yang dibawanya putus dan tidak berfungsi. Ia berjalan menata setapak hanya mengandalkan cahaya bulan, hingga pulang di pagi hari. Satu ekor kangguru yang dibawa langsung kami kuliti untuk diolah menjadi santapan lezat dipagi itu. setelah perut terisi kami bergegas melanjutkan perjalanan.

Thank you for your vote!
Post rating: 0 from 5 (according 0 votes)

Add Comment

Dapatkan berita terbaru melalui email

Good Forest Governance Needs Good Forest Information.

Using and sharing site content | RSS / Web Feeds

Photos and graphics © FWI or used with permission. Text available under a Creative Commons licence.

© Copyright 2020 FWI.
All Rights Reserved.

to top